Breaking News

Penyelam Temukan Dugong Terikat Tali di Kokoya

(Ilustrasi: Dugong bersama Freediver. Souce: https://www.flickr.com/photos/earthraceconservation)
Beberapa hari lalu (11/3), komunitas diver asal Jakarta yang kebetulan menyelam di Morotai, menemukan dua ekor Dugong (Dugong dugon Müller, 1776) dalam kondisi mengenaskan. Dugong-dugong itu mereka temukan di Pulau Kokoya, sebuah pulau kecil yang berada di barat daya Pulau Morotai, Provinsi Maluku utara.

Sehabis menyelam di salah satu spot di Pulau Morotai, komunitas penyelam yang terdiri dari 16 orang itu melakukan surface interval (baca: istirahat sebelum kembali menyelam) di pulau Kokoya. Di pulau yang hanya dihuni 2 kepala keluarga itu, para penyelam menemukan bebeberapa kerangkeng buatan dengan beberapa Dugong di dalamnya. Di dalam kerangkeng yang lebih besar, mereka menemukan seekor Dugong dengan kondisi luka akibat terikat tali.

“Kami lihat dugong besar dengan ekor terikat dan luka parah. Meski luka, dugong itu masih bisa bergerak normal”, ungkap Delon Liem, salah satu penyelam yang menyaksikan Dugong terikat tali.

Selama ini, Kokoya menjadi lokasi beristirahat bagi penyelam, karena letaknya yang strategis dan tidak begitu jauh dari spot penyelaman berikutnya.

“Ya, kalo kebetulan sedang menyelam dekat-dekat situ, kita istirahatnya di Kokoya, lebih gampang”, ujar Delon kepada Eco Diver Journalists.

Setelah melakukan pendekatan kepada nelayan, diketahui Dugong-Dugong itu ditangkap oleh nelayan. Sementara soal waktu atau berapa lama Dugong itu telah berada di P. Kokoya, mereka tidak mengetahuinya.

“Kayaknya udah lama disana, kalo liat dari bentuk lukanya”, ujar Delon.

Saat Eco Diver Journalists menanyakan, apakah kemungkinan Dugong itu dijadikan tontonan bagi masyarakat sekitar, Delon meragukannya. Pasalnya, jarak yang jauh dari Morotai membuat Kokoya jarang didatangi wisatawan.

“Sepertinya, Dugong yang ditangkap nelayan itu bukan untuk pertunjukan. Karena itu, untuk objek wisata sepertinya sulit”, papar Delon.

Tak kuasa melihat Dugong diikat, komunitas diver mencoba melobi nelayan agar bersedia melepas Dugong itu. Kepada Mugiono, yang jadi negosiator komunitas diver, nelayan berjanji melepasnya.

“Kepada pak Mugiono, nelayan berjanji melepas, tapi kalo melihat kondisinya, dilepas juga berbahaya. Kemungkinan Dugong itu mati sangat mungkin terjadi”, papar Delon.

Oleh karena itu, komunitas diver meminta bantuan pihak-pihak yang berwenang untuk membantu rehabilitasi Dugong. Dengan kondisi seperti sekarang ini, melepaskan dugong bukanlah solusi terbaik.

“Kalo dilepas gitu aja, gak lama Dugong akan mati. Sebaiknya di rehab dulu. Biar lukanya sembuh, trus makannya perlu diperhatikan. Abis, pas dilokasi kita lihat dugongnya seperti gak terurus.” tandas Delon.

Sementara itu, pihak Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang dihubungi Eco Diver Journalists menyebut, sejumlah langkah antisipasi telah dilakukan, ketika mengetahui informasi adanya Dugong terikat yang ditangkap nelayan.

“Saat ini, Bupati Morotai, Polair, Satker PSDKP dan Loka SPL Sorong dalam persiapan berangkat ke P. Kokoya untuk memastikan kondisi  kesehatan Dugong dan upaya pelepasannya”, ujar Agus Dermawan, Dir. Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut, Ditjen Pengelolaan Ruang Laut, KKP.

Dalam upaya penyelamatan satwa langka itu, pihak KKP juga meminta dilibatkannya dokter hewan. Hal itu penting untuk mengetahui kesehatan Dugong saat akan dilepaskan.

“Saya juga minta disertakan dokter hewan untuk memastikan kesehatan Dugong sebelum dilepas”, ujar Agus Dermawan.

Saat ini, upaya penyelamatan tidak dapat dilakukan dengan segera karena terkendala waktu, dimana hari ini adalah hari libur. Belum lagi, lokasinya yang cukup jauh dari P. Morotai.

“Kebetulan hari libur dan lokasinya di pulau kecil, sehingga memerlukan waktu yang cukup untuk koordinasi penangannnya”, lanjut Agus Dermawan.

Terkait info adanya Dugong yang luka, Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti juga tak tinggal diam. Susi segera menginstruksikan jajarannya untuk melakukan upaya penyelamatan.

“Tadi, bu Susi sudah instruksikan langsung untuk penanganannya. Maklum KKP sangat konsern terhadap penyelamatan biota laut yang terancam punah. Tahun 2015 lalu, penyelamatan Dugong kita difokuskan di 4 lokasi, yakni Kab. Morowali, Kab. Toli-Toli, Kab. Bintan dan di Kalimantan Selatan”, pungkas Agus Dermawan.

Dugong merupakan salah satu hewan langka yang masih ada di Indonesia. Dugong merupakan mamalia laut herbivora yang menjelajah perairan tropis di kawasan Indo-Pasifik, yang terbentang antara 26° LU dan 26° LS, dari Afrika Timur hingga Vanuatu.

Saat ini, (seperti dikutip dari mongabay.com), diperkirakan antara 1000 hingga 10.000 dugong hidup di perairan Indonesia, namun jumlah itu diyakini menyusut seiring hilangnya habitat asli mereka. Sejauh ini, Dugong dilaporkan keberadaannya mulai dari Sumatera hingga Papua, dan dari Sulawesi Utara hingga Bali Selatan. 

Selain di Indonesia, hewan langka ini juga bisa ditemui di Madagaskar, Afrika Timur, India dan Australia. Meski demikian, Dugong dikabarkan menghilang dari observasi di beberapa negara di Samudera Hindia dan Pasifik. (Red)

Tidak ada komentar