Penyelam Bertanggung Jawab Jaga Situs Selam Bebas Sampah
(Acara Divers Clean Action diinisiasi oleh Swietania Puspa Lestari dari Miss Scuba Indonesia. Foto: Jacko Agun) |
Penikmat wisata selam diharapkan berperan lebih besar untuk mendukung pengelolaan sampah yang lebih baik di pulau-pulau kecil. Langkah itu demi mempertahankan keindahan situs penyelaman di Indonesia.
Inisiator Divers Clean Action Swietenia Puspa Lestari menyatakan sampah apalagi berupa anorganik seperti plastik memberi ancaman besar bagi ekosistem pesisir dan terumbu karang. "Jadi penyelam perlu ikut mengambil langkah kongret agar timbulan sampah bisa dikurangi," katanya di Pulau Pramuka, Taman Nasional Kepulauan Seribu, Jakarta, Minggu (21/2/2016).
Divers Clean Action merupakan kegiatan bersih laut yang dilakukan sekitar 100 penyelam dari sejumlah komunitas seperi Miss Scuba Indonesia, Klub Selam Nautika ITB, Global Dive Center, dan Eco Divers Journalists bekerjasama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Kegiatan itu bagian dari peringatan Hari Peduli Sampah Nasional.
Dari penyelaman selama sekitar 50 menit di ke dalaman rata-rata 12 meter dengan wilayah penyisiran sepanjang 400 meter berhasil dikumpulkan sampah sebanyak 64 kilogram sampah dari dasar perairan Pulau Pramuka. Dari data tersebut disimpulkan rata-rata timbunan sampah di sana mencapai 16 kilogram per 100 meter. Sampah terdiri dari plastik kemasan, botol plastik dan kaleng, serta sampah B3 (Bahan Beracun Berbahaya).
Menurut Tenia, penyelam wisata harus berperilaku irit sampah terutama berkunjung ke situs penyelaman. Misalnya dengan membawa tempat minum sendiri yang bisa dipakai ulang atau menggunakan kemasan dari bahan yang bisa terurai.
Penyelam juga bisa berpartisipasi untuk terlibat dalam kegiatan pengolahan sampah oleh masyarakat setempat seperti yang sudah diinisiasi Balai Taman Nasional Kepulauam Seribu di Pulau Pramuka.
"Meski sederhana, namun cara itu efektif untuk mengurangi timbulan sampah," katanya.
Seiring dengan Peringatan Hari Peduli Sampah 2016, yang jatuh pada hari ini, Eco Diver Journalists menyurukan kepada setiap diver (penyelam) untuk tidak menambah beban Pulau Pramuka, mengingat selama ini, sampah yang tercipta sudah cukup banyak.
“Kami mengimbau para diver, sebisa mungkin tidak menambah volume sampah di perairan P. Pramuka. Caranya dengan tidak membuang sampah ke laut. Atau, tak ada salahnya, saat menyelam, sampah-sampah yang ditemukan, dibawa ke permukaan. Kami pikir, cara itu cukup efektif untuk mengurangi beban P. Pramuka”, ujar Sugiharto Budiman, Sekjen Eco Diver Journalists.
Selain itu, Pulau Pramuka yang ditetapkan Pemerintah Provinsi DKI sebagai salah satu lokasi favorit untuk kegiatan menyelam, memang perlu dibenahi secara maksimal. Pasalnya, persoalan sampah sangat kontraproduktif dengan upaya pemerintah memajukan Pulau Pramuka sebagai salah satu destinasi wisata, jika sampah masih banyak ditemukan.
“Harapan kami, pemerintah setempat dapat berperan aktif menyelesaikan persoalan sampah, yang memang masih menjadi kendala utama bagi masyarakat Pulau Pramuka. Selama ini, sampah yang ada kerap dibiarkan begitu saja di pinggir pantai, sehingga menimbulkan pemandangan yang kurang menarik. Hal itu tentu bertolak belakang dengan rencana pemerintah yang ingin memajukan P. Pramuka sebagai destinasi wisata selam”, pungkas Sugiharto yang gemar menyelam.
Potensi sampah yang ditimbulkan penyelam wisata cukup besar seiring makin tingginya minat wisata khusus tersebut. Menurut data Asosiasi Usaha Wisata Selam Indonesia (AUWSI) setiap tahun ada sekitar 5.000 orang yang mengikuti ujian sertifikasi penyelam di Indonesia.
Perilaku hemat sampah oleh para penyelam sangat penting karena sekitar 40% situs dari 720 situs wisata selam di seluruh Indonesia adalah pulau-pulau kecil yang minim tempat penholahan sampah memadai.
"Setiap penyelam wisata memiliki tanggung jawab untuk menjaga situs penyelaman tetap terjaga keindahannya," tegas Ketua AUWSI John Sijabat. (Red)
Tidak ada komentar