Breaking News

Yuk...Peduli Keselamatan Saat Menyelam

(ilustrasi. source: https://s3.amazonaws.com/lowres.cartoonstock.com)

Tahun baru 2016 baru saja kita mulai. Sebuah tahun yang semoga menghadirkan harapan baru dan semangat baru, tentang pentingnya kembali memprioritaskan keselamatan saat menyelam. Tentu saja, karena menyelam merupakan kegiatan luar ruang yang tak pernah lepas dari ancaman, baik oleh faktor internal maupun eksternal. Dan saat ini, kegiatan menyelam telah menjadi bagian dari kegiatan jurnalistik.

Faktor internal adalah semua faktor yang berhubungan dengan kemampuan individu si penyelam, seperti pengetahuan dasar tentang teknik-teknik penyelaman yang benar, maupun pengetahuan tambahan yang bisa diperoleh dengan banyak cara, seperti membaca literatur dan sharing pengalaman.

Bagi penyelam pemula, penyelam aktif, maupun jurnalis yang hobi menyelam, tak ada salahnya kembali membaca buku panduan menyelam atau bertanya kepada mereka-mereka yang lebih berpengalaman. Hal itu penting untuk mengingatkan kembali mengenai prosedur normal yang harus dilalui ketika akan menyelam.

Sementara faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu. Faktor yang sejatinya sulit dihindari, namun bisa diminimalisir dengan pengetahuan yang memadai. Faktor eksternal meliputi: fenomena alam, cuaca/iklim, gangguan biota laut dan kondisi lingkungan sekitar.

Faktor eksternal dapat dipahami dengan baik, hanya melalui interaksi dengan mereka yang berpengalaman (baca: dive guide) dengan sebuah spot penyelaman, ataupun membaca literatur tentang sebuah kawasan yang dituju. Oleh sebab itu, menyiapkan diri dengan riset mendalam tentunya lebih baik. Hal itu memudahkan, ketika berkegiatan di sebuah lokasi yang tidak diketahui sebelumnya.

Sementara itu, dari tahun ke tahun, jumlah korban kecelakaan saat menyelam, baik yang hilang maupun tewas selalu bervariasi. Eco Diver Journalists mencatat, sejak 2012, kecelakaan penyelaman tak pernah berhenti terjadi. Selalu berulang setiap tahunnya dengan korban, tak hanya penyelam asing, namun juga penyelam-penyelam lokal.

“Kita sedih, setiap tahun selalu ada korban saat menyelam, karena itu, Eco Diver Journalists kembali mengingatkan bahwa “safety first” harus menjadi semacam prioritas utama saat menyelam”, ujar Jekson Simanjuntak, ketua Eco Diver Journalists.

Dan sepanjang tahun 2015 kemarin, Eco Diver Journalists menemukan fakta, sedikitnya 8 orang menjadi korban kecelakaan saat menyelam. Para korban tersebut mengalami kejadian yang berbeda-beda. Ada yang hilang saat menyelam, meninggal di dalam air, hingga panik. Meski belum ada korban dari kalangan jurnalis, peristiwa itu penting untuk dijadikan pembelajaran. Tentu saja, karena kecelakaan tak mengenal status dan tak mengenal latar belakang pekerjaan.

Kecelakaan pertama di tahun 2015 yang terdokumentasi dengan baik, terjadi pada 15 Agustus 2015, ketika 4 orang turis hilang di kawasan wisata Pulau Sangalaki, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Para korban adalah Michela (33), Alberto (36), Daniele (36) asal Italia, dan Vana Chris R (29) asal Belgia. Hingga kini tak jelas keberadaan mereka.

Lalu 2 bulan setelahnya, 6 Oktober 2015, seorang turis bernama Chuang Binhto (30 tahun) asal Tiongkok, hilang saat menyelam di spot Gili Lawa Laut, NTT. Hingga kini belum diketahui dimana keberadaannya.

Selanjutnya pada 20 November 2015, penyelam, Romain Didier Pierre (28) asal Prancis, meninggal usai menyelam di perairan Gili Air, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. Tak diketahui apa penyebab pasti kematiannya.

Setelah itu, pada 25 November 2015, seorang penyelam asal Jakarta, Daniel Djayadi, hilang saat menyelam di Misool, Raja Ampat, Papua. Hingga kini, tak ada kabar mengenai keberadaannya, meskipun pencarian telah melibatkan banyak pihak, termasuk dengan melakukan pencarian lewat udara.

Terakhir, pada 29 November 2015. Marcelle Johannes (46) , seorang dive guide berpengalaman, meninggal di titik selam Chicken Reef, Raja Ampat, Papua, lengkap dengan hook yang masih menempel di karang. Tak diketahui apa penyebab kecelakaan.

Bekaca dari kasus-kasus kecelakaan itu, hingga saat ini, tak satu pun yang terungkap secara gamblang. Semua masih abu-abu. Selama ini, ada kesan untuk menutup-nutupi kecelakaan yang terjadi dengan beragam alasan, mulai demi menghormati keluarga korban, kecelakaan masih dianggap aib, hingga menjaga nama baik penyelenggara trip maupun dive center.

Padahal, setiap penyelam, baik pemula maupun profesional membutuhkan informasi terkait kecelakaan, utamanya sebagai pembelajaran. Pembelajaran agar peristiwa serupa tidak terjadi lagi di masa depan.

“Selama ini, sangat disesalkan, kasus kecelakaan saat menyelam tak pernah tuntas. Selalu berujung dengan bisik-bisik. Padahal, kita butuh informasi lengkap, agar kita bisa belajar dari kasus-kasus itu. Dengan harapan, kecelakaan bisa kita minimalisir”, ungkap Jekson yang telah menyelam di banyak spot di Indonesia.

Selain itu, di Indonesia, belum ada badan khusus yang bertugas menginvestigasi kecelakaan penyelaman. Padahal, di beberapa negara, seperti eropa dan amerika, investigasi kecelakaan penyelaman wajib hukumnya dan telah diberlakukan sejak lama.

Investigasi mengenai kecelakaan penyelaman menjadi penting, karena penyebab kecelakaan akan diketahui secara pasti, atau setidaknya bisa mendekati kebenaran, karena dilakukan dengan parameter keilmuan yang terukur. Selain itu, investigasi akan menjadi literatur, yang bisa dimanfaatkan oleh banyak pihak, mulai dari penyelam dan komunitasnya, penyelenggara trip, pemerintah hingga perguruan tinggi.

Hasil investigasi yang menyeluruh juga menarik digunakan sebagai kajian bagi bidang keilmuan tertentu, mulai dari kedokteran, psikologi maupun ilmu kelautan hingga bidang-bidang lain. Jika hasil investigasi terdokumentasi dengan baik, hal itu turut memajukan ilmu pengetahuan yang tentunya bermanfaat bagi manusia.

Oleh karena itu, dalam siaran pers ini, Eco Diver Journalists menyerukan:
1. Setiap penyelam, khususnya jurnalis yang akan melakukan tugas jurnalistik di bawah air, hendaknya mempertimbangkan soal keselamatan saat menyelam. Jika tidak yakin dengan kemampuan diri, lebih baik hentikan penyelaman dan menyelamlah pada saat yang tepat.
2. Setiap penyelam, baik pemula maupun penyelam aktif hendaknya menjadikan faktor keselamatan menjadi yang utama. Pastikan, peralatan yang dibawa dalam keadaan baik.
3. Sebaiknya dapatkan informasi sedetil mungkin, terkait kondisi terkini dari spot penyelaman. Perkaya juga pengetahuan dengan banyak membaca referensi terkait lokasi yang dituju.
4. Lakukan sistem buddy (baca: berpasangan) saat memulai dan mengakhiri penyelaman. Meski terkesan sederhana, sistem buddy terbukti ampuh meminimalisir kecelakaan di dalam air. Pasalnya, ketika terjadi bencana, setidaknya ada orang yang mengetahui dan mampu melakukan tindakan cepat, selain buddy.
5. Setiap penyelenggara trip maupun dive center hendaknya mempersiapkan diri dengan sejumlah peralatan pendukung yang dapat meminimalisir kejadian kecelakaan saat menyelam. Pun, termasuk langkah antisipasi ketika harus membawa korban ke rumah sakit terdekat.
6. Pemerintah hendaknya mulai peduli dengan isu-isu keselamatan saat menyelam, mengingat wisata selam menjadi salah satu wisata unggulan Indonesia saat ini.
7. Meminta dibentuk sebuah badan khusus yang bertugas melakukan investigasi kecelakaan penyelaman dan hasil investigasinya diungkap secara luas ke publik.

Eco Diver Journalists, wadah bagi jurnalis yang peduli dengan isu-isu kelautan dan keragaman hayatinya merasa terpanggil untuk meningkatkan pemahaman publik tentang pentingnya keselamatan penyelaman, mengingat kecelakaan saat menyelam tak pernah absen dalam merenggut korban jiwa. Eco Diver Journalists berharap, tahun ini, tidak terjadi lagi kecelakaan saat menyelam, sehingga citra Indonesia sebagai negara bahari yang kaya dengan keanekaragaman hayati bawah air bisa kembali pulih. Jika kecelakaan terus terjadi, dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap citra pariwisata Indonesia.

Demikian siaran pers ini dibuat dan silahkan dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Terima kasih atas perhatiannya, Info lebih lanjut, silahkan hubungi: Jekson Simanjuntak, Ketua EDJ (081219845993), Sugiharto Budiman, Sekjen EDJ (08158938775).

Lampiran Daftar Kecelakaan Penyelaman
2012
2 Mei 2012
Nama :Li Wei Feng (36) asal Cina
Pekerjaan : turis
Status : tewas mengapung di pinggir speed boat yang membawanya ke titik penyelaman di Pulau Maratua, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur.
26 Agustus 2012
Nama : Ai Tanaka (34) asal Jepang
Pekerjaan : turis
Status : dilaporkan hilang saat menyelam di Cistal Bay, perairan Nusa Penida, Klungkung, Bali.

2013
8 Juli 2013
Nama : Panji Wibisono (36)
Pekerjaan : Kasubag Tata Usaha di Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbang Linmas) Kota Batu, Malang, Jatim
Status : meninggal dunia, usai sesak nafas beberapa saat setelah melakukan penyelaman (diving) di Perairan Selat Bali, sekitar Pulau Menjangan, Kabupaten Buleleng.

2014
4 Februari 2014
Nama :
Miyatu Ripsuko
Yamamato Emi
Tomitu Hohomi
Morizowo Aya
Yosinode Atsumi
Shoho Taho
Osi Forukama Sunari
Pekerjaan : turis asal Jepang
Status : hilang saat diving di angrove Jungut Batu. Nusa Penida Kabupaten Klungkung, Bali.
17 April 2014
Nama : Thapana Thirachar Cenpanaya asal Thailand
Pekerjaa : turis
Status : dikabarkan tenggelam dan hilang, akibat terseret arus deras saat menyelam di perairan Gililawa Laut, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)
27 April 2014
Nama : Asri Sofia Marwah (30)
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status : meninggal dunia saat menyelam di perairan Flores, NTT.
13 Juli 2014
Nama : Erwin Wijaya (38)
Pekerjaa : karyawan
Status : meninggal di Pulau Pari, Kepulauan Seribu, akibat tersangkut di karang.
20 Agustus 2014
Nama : Ana Maria Gota Gonsales (40 tahun) asal Spanyol
Pekerjaan : turis
Status : meninggal di Puskesmas Labuan Bajo usai menyelam 3o menit di perairan Gili Laba, Pulau Komodo, NTB.
1 September 2014
Nama : Juningsi Jecelin Letik (29)
Pekerjaan : karyawati PT XL Axiata Tbk,
Status : meninggal usai menyelam di perairan Kristal Rock Gili Lawa, perairan Taman Nasional Komodo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur

2015
15 Agustus 2015
Nama : Michela (33), Alberto (36), Daniele (36) asal Italia,Vana Chris R (29) asal Belgia
Status : hilang di kawasan wisata Pulau Sangalaki, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur
6 Oktober 2015
Nama : Chuang Binhto (30 tahun) asal Tiongkok
Pekerjaan : turis
Status : hilang saat menyelam di spot Gili Lawa Laut, NTT
20 November 2015
Nama : Romain Didier Pierre (28) asal Prancis,
Status : meninggal usai menyelam di perairan Gili Air, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat.
25 November 2015
Nama : Daniel Djayadi, asal Jakarta. Dikabarkan, Daniel
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : hilang saat menyelam di Misool, Raja Ampat, Papua
29 November 2015
Nama : Marcelle Johannes (46)
Pekerjaan : dive guide
Status : meninggal usai menjadi korban kecelakaan selam di titik selam Chicken Reef, Raja Ampat, Papua. Penyebab kecelakaan belum diketahui.


Tidak ada komentar