Breaking News

Mimpi Indah di Pulau Menjangan

(Menikmati Mantaray di dalam laut. Source: Hendrata Yudha)

Jauh hari ketika memutuskan liburan ke Bali, saya sudah mulai kontak Banyu Biru—dive master legendaris—untuk mencari tahu lokasi penyelaman yang menarik. Saya utarakan, kali ini saya ingin lokasi diving yang relative nyaman, ombak tenang, arus lambat dan punya pemandangan bawah air yang Indah.

Banyu Biru atau yang dikenal dengan call sign Hantu Laut itu menyarankan saya pergi ke Pulau Menjangan, Bali Barat. Dia bilang, di P Menjangan semua kategori yang saya sampaikan itu sudah lengkap. Sebenarnya, saya suka mencoba tipe diving adventure yang baru, namun karena ini penyelaman rekreasi dengan keluarga maka saya ingin lokasi diving yang nyaman, aman dan tenang.

Menjangan termasuk wilayah Taman Nasional Bali Barat, lokasinya di dekat Gilimanuk, atau sekitar 4 jam dari Denpasar. Dari namanya, memang di pulau itu menjadi habitat menjangan (Muntiacus muntjak) yang tersisa di Bali.

Cara utama untuk sampai ke Pulau Menjangan adalah menggunakan perahu yang dikelola Taman Nasional Bali Barat. Perahu ini berada di pelabuhan kecil bernama Pelabuhan Lalang di Teluk Terima. Alternatif lain adalah naik perahu dari dermaga kecil di Teluk Banyuwedang, bersebelahan dengan Mimpi Menjangan Resort. Namun kali ini, saya pergi dari pelabuhan milik Disthi Dive Resort, yang tak jauh dari Pelabulan Lalang. Disthi dikelola mandiri oleh Wayan Kunthet, anak didik Banyu Biru.

Wayan yang ramah itu menyambut kami dengan riang. Ternyata ia sudah menunggu saya sejak pagi, sementara kami tiba ketika jam makan siang. Setelah briefing singkat karakter penyelaman yang akan kami hadapi, kami naik speedboat dari Disthi resort.

Keindahan TN Bali Barat 
Perjalanan perahu ke Pulau Menjangan membutuhkan waktu antara 15-25 menit, tergantung pada cuaca dan beban perahu. Kali ini kami hanya berempat, saya, istri saya Ari, Wayan dan Gung yang mengemudikan boat kecil. Dalam perjalanan menuju Pulau Menjangan, dikejauhan tampak pemandangan gunung api di Jawa Timur—Prapat Agung. Saat Anda melakukan aktivitas penyelaman, awak yang menjalankan perahu akan menunggu Anda di rumah pohon di pohon-pohon bakau yang sengaja mereka buat sebagai tempat istirahat.

Pulau yang dikenal sebagai wall diving terbaik di Bali ini memiliki taman bawah laut yang sangat cerah dan penuh warna sekaligus kaya biota laut. Pulau Menjangan dikelilingi terumbu karang yang ditandai dengan drop off sedalam 60 meter dan formasi batuan yang kompleks. Formasi batuan tersebut membentuk sejumlah gua-gua besar dan kecil yang menjadi habitat bagi terumbu karang, karang lunak, kerapu besar, dan belut moray.

Penyelaman pertama di Pos 1, disisi timur P Menjangan. Laut biru dengan matahari yang terang, membuat kami bersemangat. Sisa-sisa kepenatan empat jam perjalanan dari Denpasar, sepertinya menguap ketika badan sudah masuk ke dalam air laut. Di lokasi ini, terdapat gua-gua kecil, kakap kecil dan batfish banyak terlihat hilir mudik. Dasar lautnya juga kaya akan barrel sponges dan sea fans yang bahkan dapat mencapai ukuran yang sangat besar. Kedalaman laut dan aliran arus yang tenang menjadikan taman bawah laut sekitar Menjangan adalah tempat hidup bagi tuna, gerombolan jackfish, batfish, angelfish, penyu laut, bahkan hiu.

Ari menyusul di belakang saya, dia tak berani diving jauh-jauh dari saya. Mulai turun kedalaman 15 meter disudah menulis di sabak,”….lautnya dalam banget, seremmm…”. Saya hanya kasih kode OK, dan minta dia jangan terlalu liat kedalaman laut namun ke pamandangan terumbu karang yang terhampar.

Pesona Bawah Air P Menjangan
Sepanjang wall ke arah utara, pemandangannya memanjakan mata. Hati ini seperti bersorak, melihat gerombolan kan hilir mudik seakan mereka tak terganggu dengan kehadiran kami. Memang lokasi penyelaman yang menarik! Ketika menyalakan kamera bawah air, saya minta ari menjadi modelnya. Dia tak boleh jauh-jauh dari wall, berdempet dengan Sea fan raksasa. Di kedalaman 10 meter, menjelang akhir penyelaman lebih banyak lagi ikan2 kecil berwarna-warni menjadi foreground sempurna untuk merekam dengan mode video.

Ketika istirahat di surface interval pertama, wayan banyak bercerita mengenai kampong halamannya ini. Menurut Wayan, ada 11 lokasi penyelaman favorit. Dia menyebutkan untuk tipe penyelaman adventure, recreational dan tipe teknikal. Untuk tipe tekikal, ada wreck atau bangkai kapal tenggelam.

Lokasinya di kedalaman sekira 45 meter, terdapat titik menyelam Anchor Wreck. Sesuai namanya, terdapat bangkai kapal lengkap dengan jangkarnya yang sudah berkarat. Lokasi tersebut dikenal dengan sebutan Anker atau Kapal Budak. Diduga bangkai kapal ini adalah bangkai kapal laut Belanda pada abad ke-19 yang tenggelam pada masa terjadinya Perang Dunia II. Kapal ini dinamakan Kapal Budak karena diduga mengangkut budak dari Bali menuju ke batavia (sekarang Jakarta). Di bagian dalam kapal, ditemukan peti-peti berisi keramik dan botol kaca yang sudah ditumbuhi karang lunak. Saat berada di bangkai kapal ini, besar kemungkinan akan ditemui penyu dan ikan hiu.

Titik penyelaman favorit lainnya adalah Eel Gardens, yang terletak di bagian barat Menjangan dan disebut-sebut sebagai tempat menyelam terbaik di Pulau Menjangan. Sesuai namanya, di kawasan ini terdapat sejumlah besar koloni garden eel dan sea fans. Penyelaman dimulai dari dinding di kedalaman sekira 40 meter yang kaya gorgonia dan jenis biota atau tumbuhan laut lainnya. Kawasan ini juga tenar sebab pesona pasirnya yang putih berkilau di tepi garis pantainya.

Secret Bay adalah titik penyelaman yang merupakan surga bagi para makro-fotografer, video-operator, dan ahli biologi kelautan. Tidak ada terumbu karang di titik penyelaman dangkal ini (tidak lebih dari 9 meter); aktivitas penyelamannya dikenal dengan nama muck diving. Terletak di dekat pelabuhan Gilimanuk, kawasan penyelaman ini memiliki dasar laut berupa pasir vulkanis (berlumpur) berwarna abu-abu dan merupakan habitat bagi biota laut yang langka dan endemik. Bahkan, baru-baru ini sejumlah ahli kelautan menemukan 4 jenis anglerfish yang baru pertama kali ditemukan, termasuk diantaranya adalah Sargassum anglerfish, Spotfin anglerfish, dan terutama Tono anglerfish yang secara khusus menarik perhatian besar para peneliti kelautan. Selain ikan langka tersebut, kawasan ini adalah rumah bagi banyak kuda laut dengan beragam jenis.

Dengan pertimbangan waktu yang sempit, kami memutuskan hanya dive di depan Pura Gajah Mada. Lokasi ini dipercaya tempat persinggahan Mahapatih Majapahit Gajah Mada ketika hendak berkunjung ke Bali. Agama Hindu Bali, dipercaya sama dengan Hindu yang dianut kerajaan Majapahit. Menurut legenda, gelung (jepit rambut emas) Gajah Mada jatuh di karang dan tengelam. 800 tahun kemudian, gelung itu ditemukan dan hanya bisa diambil oleh anak muda yang beluk akil baliq. Gelung itu sendiri disimpak di Museum Daerah Singaraja, dan untuk menghormatinya dibangunlah pura di lokasi ditemukannya gelung tersebut.

Mungkin karena lokasi penyelaman ini di depan pura, maka tak ada yang berani mengebom ikan atau mengambil ikan sembarangan. Sehingga kesehatan terumbu karang terjaga baik, telur-telur ikan berkembang sempurna dengan arus laut yang teratur dan kaya nutrisi untuk kehidupan biota laut. Di kedalaman 15 meter, saya melihat gerombolan ikan jack, dibawah berkeliling memakan plankton. Jumlahnya ribuan dan ini sangat menarik. Kami yang tadinya focus ke karang, sekarang punya pemandangan lain yang tak kalah menakjubkan.

Disini kami juga malah harus waspada, karena banyak ikan kecil akan muncul ikan predator lainnya. Rantai makanan berfungsi maksimal. Benar saja, tak lama kemudian kami melihat satu dua ekor hiu juga berpatroli, mencari makan. Ari sudah melirik-lirik hiu, dan tak mau jauh-jauh menyelam. Di penyelaman kedua, dengan konversi hukum fisika tentang gas yang kami hirup sebagai alat bernafas di bawah air, kami membatasi hanya 15 meter saja dengan durasi yang boleh lebih dari 50 menit. Inilah indahnya menyelam di Indonesia, impian bisa muncul seketika di depan mata. (Hendrata Yudha/ anggota EDJ)

Tidak ada komentar